Rabu, 24 Februari 2016
Promosi Wisata Indonesia Versus Malaysia
INDONESIA mempunyai kekayaan alam serta tempat wisata melimpah. Tetapi dari beberapa ribu tempat wisata di negeri ini cuma satu dua yang di kenal didunia international. Sebut saja Borobudur yang pernah masuk tujuh keajaiban dunia, diluar itu ada Pulau Komodo, Bali, Lombok, Bunaken, Manado, serta Raja Ampat, Papua. Pastinya begitu disayangkan apabila beberapa ribu tempat wisata di negeri belum di kenal wisatawan mancanegara cuma lantaran manajemen promosi serta pengelolaannya tak profesional.

Garut
Kampung Sampireun

Walau sebenarnya apabila tempat wisata itu dikelola dengan cara profesional pasti bakal menghadirkan devisa negara. Walau sebenarnya pemerintah pusat ataupun daerah telah menganggarkan dana promosi tempat wisata. Namun kenapa promosi tempat wisata negeri ini hingga sekarang ini belum hingga buka mata dunia international ‘Indonesia lebih kaya objek wisatanya di banding Malaysia’. Kenapa penulis memperbandingkan dengan Malaysia? Lantaran promosi wisata ke dunia international, Indonesia masihlah kalah jauh di banding Malaysia. Malaysia begitu gencar sekali mempromosikan keindahan negerinya didunia international.

Kebetulan penulis pencinta TV chanel asing. Penulis sering lihat promosi objek-objek wisata Malaysia nampak di channel-channel diantaranya National Geographic, BBC Knowledge, HBO, serta Discovery. Penulis juga hingga kesal, Malaysia cuma sekelumit pulau di sudut Kalimantan kok dapat menaklukkan Indonesia dalam promosi wisata. Hingga sekarang ini penulis telah berlangganan TV channel asing itu sepanjang dua th. tetapi tayangan promosi tempat wisata Indonesia belum ada. Jadi promosi wisata Indonesia masihlah kalah dengan Malaysia. Bahkan juga, Malaysia dapat meng-create acara sendiri dengan saat tampil satu jam di satu diantara channel TV asing itu. Kenapa promosi Indonesia kalah? Apakah tak ada biaya untuk mempromosikan tempat wisata ini? Bagaimana hasil studi banding eksekutif atau legislatif sampai kini ke luar negeri apakah tak pernah mencatat detil perubahan wisata setempat untuk meng-upgade pengelolaan wisata dalam negeri? Malaysia juga ahli untumempromosikan objek wisatanya dengan cara off air. Seperti di ketahui penerbangan Air Asia mempunyai pangkalan spesial di Kuala Lumpur. Penerbangan Air Asia dari bandara ini tersambungsi dengan tiga kota besar di Jawa, Jakarta, Bandung, serta Surabaya. Nyatanya koneksi penerbangan ini digunakan benar oleh Malaysia untuk mempromosikan negerinya di tiga kota besar itu. Penulis pernah lihat papan reklame besar promosi wisata Malaysia terpampang di Jalan Sumatra, dekat Hotel Sahid, Surabaya. Apakah Surabaya atau Bandung juga memakai koneksi penerbangan ini untuk promosi wisatanya? Tak ada. Penulis tak pernah lihat papan baliho promosi wisata Bromo atau Tangkuban Perahu di Kuala Lumpur. Penulis waktu itu meluangkan ke Genting, Malaysia. Genting yaitu kota sejuk seperti di Batu, Jawa Timur. Jadi, Batu semakin bagus pemandangannya. Genting juga tak setara apabila dibanding ‘Negeri Atas Awan’ Bromo yang tambah lebih indah scenery-nya. Tetapi, sekali lagi kita kalah dalam pengelolaannya. Beberapa wisatawan asing untuk menuju ke Genting begitu gampang sekali. Mereka cuma menuju ke terminal paling utama di Kuala Lumpur dekat menara Petronas. Di terminal itu ada loket-loket penjualan one way atau two way ticket bus wisata Genting-Kuala Lumpur. Ticket pergi umpamanya jam 10. 00, untuk pulangnya kita dapat pilih jam 20. 00. Jadi sesudah senang berwisata di Genting dengan naik kereta gantung maupun menjajal roll coaster, saat pulang, telah ada bus penjemput yang telah stand by di terminal Genting pas jam 20. 00. Hebat bukanlah. Penulis memikirkan pengelolaan terminal terpadu dengan tempat wisata tersebut di Jawa Timur. Jadi stand penjualan one way atau two way ticket ke Bromo serta bus wisata elegan serta representatif telah stand by di Terminal paling utama Joyoboyo, Surabaya. Apabila dikelola sekian, wisatawan asing bakal gampang meraih tempat wisata unggulan Jawa Timur dengan nyaman. Bagaimana dengan Paris. Penulis pernah ke Paris selesai berkunjung ke Frankfurt Book Fair sekian waktu lalu. Jadi penulis pergi dari kota Frankfurt menuju Paris memakai kereta api super cepat. Yang menarik, pembelian ticket kereta api itu tiga hari sebelumnya hari keberangkatan nyatanya diskonnya 40 persen. Banding beli ticket di negeri ini, 30 sebelumnya hari keberangkatan harga nya tetaplah 100 persen. Tak menarik. Apabila naik kereta, perjalanan ke Paris saat tempuhnya sekitaran empat jam. Sedang, apabila naik bus, saat tempuhnya 12 jam. Tiba di Paris, penulis selekasnya berkunjung ke Eifel Tower. Untuk naik ke pucuk Eifel Tower, penulis telah pesan tiketnya on-line serta print sekalian waktu di Frankfurt. Saat naik jam 16. 00. Untuk di ketahui, batas saat naik ke Eifel Tower cuma hingga jam 20. 00. Jadi ticket tempat wisata terkecuali dapat dibeli offline dapat juga on line. Apa yang menarik pengelolaan tempat wisata di Paris? Bus wisata kotanya. Bus double deck atau bus tingkat yang siap melayani wisatawan asing untuk nikmati wisata kota Paris yang kian lebih 10 tempat wisata. Tarifnya hanya 3 euro untuk saat berlaku dua hari. Wisatawan apabila belum usai berkunjung ke 10 tempat wisata itu dapat dilanjutkan hari selanjutnya. Kota-kota besar di Indonesia pasti dapat implementasi transportasi ini. Wake Up Indonesia!!!.

posted by admin @ 16.39   0 comments

Previous Post
Archives
Links
Template by
Blogger Templates